Alasan
dan Pertimbangan Pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow
Para
penulisa sejarah Bolaang Mongondow, hanya menulis berdasarkan selerah penguasa
pada waktu itu, sehingga terpengaruh oleh faktor subyektivitas dan kepentingan
penguasa pada waktu itu. Para penulis sejarah sebenarnya bukan menulis
sejarah, tetapi menghimpun cerita-cerita dari mulut kemulut yang yang kemudian
dirangkai sesuai arahan dan kepentingan penguasa,. Hal ini sesuai pengakuan
W.Dunnebier bahwa ia menulis sejarah dengan catatan perlu berkata-kata sesuai
kepentingan pengusa yang telah menyuruh kepadanya. Dengan alas an demikian
telah dibuat cerita yang berlebihan dan rekayasa sejarah Bolaang Mongondow
antara lain melalui penghapusan. Penghilangan, generalisasi dan pengkaburan
sejarah, seperti pengkaburan sejarah Raja-raja Mokoagow atau leluhur Raja
Markus Manopo serta sanjungan yang berlebihan kepada Abo Tadohe dan leluhurnya.
Sejarah Bolaang Mongondow yang kita kenal sekarang, yaiti Hikayat Raja-raja
Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnbier, tidak mempu menggambatkan keberadaan
masyarakat Bolaang Mongondow, karena meskipun berbeda dengan fakta, maka telah
memiliki unsur rekayasa yang berlebihan, penghilangan, penghapusan, Pengkaburan
dan generalisasi.
Mengapa diperlukan pelurusan sejarah
Bolaang Mongondow. Untuk dapat memahami dan mendalami sejarah Bolaang Mongongow
dan sejarah Raja-raja Manado, perlu dilakukan pemahaman, pendalaman dan
pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow. Untuk memahami dan mendalami Sejarah
Bolaang Mongondow tidak dapat kita hanya mengacu kepada Sejarah Bolaang
Mongondow tulisan misionaris Belanda bernama W.Dunnebier.Berdasarkan
pengakuannya bahwa dalam menulis Sejarah Bolaang Mongondow, W.Dunnebier telah
darahkan untuk merubah-rubah, menghapus dan merekayasa Sejarah Bolaang
Mongondow. Usaha-usaha rekayasa tersebut terutama untuk menghapus sejarah
laluhur Raja Markus Manoppo/ Raja-raja Manado/Raja-raja keturunan
Ramopolii/Raja-raja Mokoagow Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang). Keperkasaan Raja-raja Manado antara lain keperkasaan Raja-raja
Ramopolii yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang dialihkan sebagai
sejarah tentang keperkasaan Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja-raja Bolaang
dan Abo Loloda Mokoagow-Raja Bolaang. Begitu juga kepekasaan Raja-raja Markus
Manoppo dialihkan sebagai keperkasaan Abo Tadohe. Aturan-aturan adat yang telah
berkembang sejak Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Mokodoludut dialihkan
seolah-olah sebagai aturan adat ciptaan Abo Tadohe. Abo Tadohe yang hanya
sebagai seorang Abo dari golongan kohongian dialihkan sebagai seorang Maharaja.
Dunnebier mengatakan bahwa Abo Tadohe adalah bukan raja hanya seorang birokrat
yang bergelar “Kinalang”. Raja-raja yang bergelar kinalang adalah raja-raja
yang hakikatnya adalah birokrat. Raja atau birokrat dapat diketahui pada
pemberian jabatan “Regent” oleh Pemerintah Belanda. Regent adalah aparatur
pemerintah kolonial. Dengan pengalihan
dan penghapusan sejarah Raja-raja Manado dapat menghilangkan hambatan
bagi Pemerintah Kolonial dan sistem penjajahannya untuk menguasai bekas
kerajaan Manado. Kaburnya sejarah Kerajaan Manado dan Raja-raja Manado adalah
sebagai usaha dari pemerintah kolonial dan sistem penjajahannya dalam rangka
menegakkan oligarchy dan kekuasaannya.
Pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow bukan berate sebagai perubahan
sejarah, tetapi meluruskan, yaitu mengembalikan sejarah kepada kebenaran yang
hilang akibat, dihilangkan, dikaburkan, digeneralisasi, dirubah-rubah sehingga
mengakibatkan hilangnya suatu sejarah. Pelurusan maksudnya mengembalikan
sejarah kepada sejarah yang sebenarnya.
Pada kebanyakan orang Bolaang Mongondow pasti mengatakan
bahwa mereka tahu tentang sejarah Bolaang Mongondow dan mereka mengatakan bahwa
mereka telah membaca buku tulisan W.Dunnebier. Walaupun tulisan W.Dunnebier
banyak kekurangan-kekurangannya, tetapi W.Dunnebier tidak menutup simpul-simpul
sejarah yang perlu ditelusuri oleh para pembacanya. Untuk jelasnya maka diminta
kemampuan pembaca untuk memahami dan mendalami tulisan W.Dunnebier tersebut.
Untuk memahami dan mendalami sejarah Bolaang Mongondow, maka kita harus
obyektif serta menggunakan sudut pandang dan metodologi yang sesuai dari mana
kita melihatnya. Sejarah Bolaang Mongondow adalah sebuah hikayat dan dalam
hikayat tersebut ada unsur dongeng, ada unsur fakta, ada unsur kepentingan
rekayasa guna menunjang olligarcy
penguasa waktu itu. Sejarah Bolaang Monondow yang membahas tentang suatu sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan tersebut terdapat sejarah, terdapat politik,
terdapat administrasi, terdapat tata Negara. Sejarah Bolaang Mongondow lebih
bersifat kikayat yang mereka-reka, menghubung-hubungkan dan menggenerasisasi
keadaan dan kejadian menjadi sebuah cerita serta lebih menekankan kepada unsur
budaya dan kesenian. Para Misionaris, pada tokoh, para ilmuan dan pengamat dari
bangsa Barat seperti bangsa Belanda, bangsa Spanyol dan bangsa Portugis, bukan
datang untuk meneliti dan menulis Sejarah Bolaang Mongondow, tetapi hanya
menulis laporan dari hasil kunjungan mereka atau membuat catatan-catatan dari
hasil perjalanan mereka. Mereka hanya
mencatat terbatas pada yang mereka lihat dan dengar, Mereka tidak menulis
secara jelas tentang wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Waktu menemui pimpinan
masyarakat di wilayah, mereka tidak dapat membedakan hirarki raja, kepala suku
dan raja bawahan. Setiap wilayah yang mereka kunjungi, para kepala suku yang
ditemui mereka sebut raja. Berdasarkan catatan-catatan tersebut W.Dunnebier
bingung untuk menentukan kapan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang itu
berkuasa. Dalam penulisan sejarah Bolaang Mongondow mereka tidak dapat memberikan batasan tentang kerajaan Bolaang dan Kerajaan Manado.
Dalam penulisan sejarah Bolaang Mongondow tidak diberi batasan sejak kapan Abo
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang raja Bolaang berkuasa. Karena mereka tidak
memberi batasan tentang Kerajaan Bolaang dan Kerajaan Manado, sehingga Sejarah
Bolaang Mongondow menjadi simpang siur. Di Minahasa Raja-raja Bergelar
Loloda-Mokoagow-Datu Binangkang berkuasa sejak Raja Mokodoludut sampai dengan
Raja Markus Manopo dan anaknya Raja Panungkelan Mokoagow/Abo Matong Mokoagow.
Hal ini sebagai akibat dari dilakukannya generalisasi tentang keberadaan Raja
Bolaang dan Raja-raja Manado yang memiliki nama yang sama, yaitu Abo Loloda
Mokoagow seorang Raja Kinalang dari Bolaang dan Raja-raja Manado yang bergelar
Raja-raja Mokoagow/Loloda Mokoagow-Datu Binangkang dianggap sebagai orang yang
sama. Perlu kita ketahui bahwa Sejarah Bolaang Mongondow bukan Kitab Suci yang
memuat dogma-dogma yang harus diterima dan dipercaya, tetapi Sejarah Bolaang
Mongondow mengandung nilai-nilai ilmu pengetahuan yang perlu dipilah-pilah,
ditelusuri dan dipahami secara mendalam dan menyeluruh serta perlu diketahui
kebenarannya.
Hal-hal yang perlu diketahui dan
dipahami dalam membaca Sejarah Bolaang Mongondow.
1. Sejarah
Bolaang Mongondow ditulis berdasarkan data yang berhubungan dengan oligarchy kekuasaan Raja-raja Bolaang,
sehingga dalam penulisan sejarah telah diarahkan untuk memoles sejarah
raja-raja dan kerajaan Bolaang. Untuk memoles sejarah kekuasaan raja-raja
Bolaang, telah diberlakukan :
a.
Generalisasi tentang kerajaan Bolaang
dengan Kerajaan Manado, Abo Loloda Mokoagow raja Bolaang yang bergelar Kinalang
dengan Raja-raja Manado Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang.
b.
Adanya pengkultusan dan pemolesan
berlebihan terhadap keberadaan Raja-raja Bolaang yang mana Abo Tadohe sebagai raja. Sebenarnya Abo
Tadohe hanya pemangku raja dan hanya seorang yang bergelar Abo dari Golongan
Kohongian. Jabatan Pemangku Raja adalah sebuah jabatan yang tidak pernah
diperoleh para leluhur Abo Tadohe.
Leluhur Abo Tadohe hanya raja-raja bergelar Abo dari Golongan Kohongian.
c.
Adanya penghapusan, penghilangan dan pengaburan tentang sejarah
Raja-raja Manado dan Kerajaan Manado, terutama menututup-nutupi sejarah tentang
leluhur Raja Markus Manopo.
d.
Orang yang nama mirif dianggap orang
yang sama, seperti Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja-raja Bolaang dan Abo
Damopolii Paputungan keturunan Raja-raja Rampolii Raja Manado, leluhur
keturunan Damopolii dan Keturunan Mokoagow.
e.
W. Dunnebier tidak mengetahui tentang
kapan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang berkuasa, karena untuk kerajaan
Bolaang munculnya nama Mokoagow hanya pada nama Abo Binangkang Tumulung
Mokoagow –Raja Bolaang yang sangat setia kepada Raja Manado dan Raja Bolaang
bernama Abo Loloda Mokoagow cucu dari Abo Binangkang Tumulung Mokoagow. Untuk
kerajaan Manado, nama Loloda Mokoagow-Datu Binangkang terpakai terus sejak Raja
Mokodoludut sampai dengan Raja Markus Manopo dan Raja Panungkelan Mokoagow
leluhur keturunan Mokoagow.
2. Sejarah
Raja-raja Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnebier sebenarnya hanya menulis Hikayat
tentang Raja-raja Bolaang. Pesan sejarah dari W.Dunnebier hanya berasal dari
penuturan dari mulut ke mulut yang lebih bernuansa antropologis, sehingga tidak
mampu membedakan tentang sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Adapun
referensi yang digunakan yang berasal dari catan-catan para missionaries yang
hanya berbentuk catatan perjalanan yang tidak membahas secara menyeluruh system
pemerintah yang berlaku pada saat itu. Para misionaris tidak melakukan
identifikasi tentang struktur pemerintahan pada waktu itu, sehingga tidak dapat
membedakan status raja-raja. Bangsawan yang memerintah di tingkat kecamatan
disebut raja, bangsawan yang memerintah di tingkat kabupaten juga disebut raja,
maha raja juga disebut raja. Atas kekurangan referensi-referensi tersebut, maka
diperlukan pengkajian, pendalaman dan pemahaman secara menyeluruh tentang
sejarah raja-raja Mokoagow.
3.
Karena, sejarah Bolaang Mongondow lebih
bersumber dari penuturan/cerita dari mulut ke mulut kemudian dikutif , diramu
dipoles dan direka-reka menjadi sejarah Bolaang Mongondow. Sejarah Bolaang
Mongondow nampaknya dekat kepada dongeng, dekat kepada rekaan-rekaan, serta
lebih bernuansa pada pemolesan yang berlebihan dan dilebih-lebihkan baik untuk
kepentingan penjajah maupun untuk kepentingan oligarchy dari golongan Raja-raja
Kinalang atau Raja-raja Kohongian yang dipoles pemerintah kolonial menjadi
“Regent”. Untuk kepentingan oligarchy, maka keturunan Raja-raja Manado,
semuanya dihapus kebangsawanannya melalui rekayasa sejarah dan mereka
digolongkan sebagai keturunan budak, kecuali Keturunan Abo Presiden Raja Luri
Mokoagow – wakil raja Manado di wilayah Mongondow. Abo Presiden Raja Luri
Mokoagow, karena pertimbangan menjadi mertua dari Raja Bolaang bernama D.C.
Manoppo dan keturunan Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow yang pada zamanya
sebagai orang kaya di Bolaang Mongondow. Nama Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow
menunjukkan bahwa nama fam/marga Mokoagow berasal dari gelar kehormatan Raja
Ponamon yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/gelar kepada raja-raja
Manado.
4. Setelah
kekuasaan Raja-raja Manado berakhir, maka pemerintah belanda mengadopsi struktu
pemerintahan kerajaan Manado dan diterapkan pada pemerintahannya, yaitu
kedudukan raja Manado diambil-alih oleh Pemerintahan Belanda. Raja-raja
Kohongian atau Raja-raja Kinalang di wilayah diberi status dan diangkat menjadi
Regent/setingkat Bupati dan untuk wilayah yang diperintah oleh oleh pimpinan
Bogani/Tonawat diberikan status republik yang dipimpinan oleh Presien Raja yang
dulunya sebagai wakil raja selanjutnya menjadi wakil residen. Untuk
menghilangkan pengaruh Presiden Rja, maka Presiden Raja kedudukannya diganti
oleh Controleur/kontolur berkebangsaan Belanda.
5. Dasar
kepentingan penjajah dan sistem penjajahan, maka pengaruh raja-raja Manado
dihilangkan dan keturunan Raja-raja Manado seperti Ramopolii, Ponamon,
Paputungan, Simbala, Kolopita, Mamonto, Koinsing dan Dakotegelan dihilangkan
kebangsawanannya. Penghilangan status kebangsawanan tersebut menyebabkan banyak
keturunan Raja-raja Manado di Minahasa tidak lagi menggunakan nama-nama
kebangsawanan mereka. Nama-nama kebangsawanan Raja-raja Manado masih ditemukan
pada beberapa marga seperti Ramopolii, Ponamon, Mamonto/Mamonto, Mokoagouw di
Minahasa. Di Bolaang Mongondow para keturunan Raja-raja Manado pada umunnya
dianggap bukan keturunan bangsawan. Kecuali untuk keturunan Mokoagow dan
Keturunan Damopolii, mereka langsung dikaitkan dengan nama leluhur Raja-raja
Bolaang, yaitu Abo Kinalang Damopolii dan Abo Loloda Mokoagow.
6. Dengan
dihilangkannya status kebangsawanan keturunan Raja-raja Manado yang bergelar
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, maka yang tidak dapat hilang dari keturunan
Raja-raja Manado /Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang adalah
nilai-nilai tata krama, etika, moral, keteladan, genetika dan kharismatika
keturunan bangsawan.
Walaupun saat sekarang sudah banyak yang berpendapat bahwa , masalah asal-usul keturunan tidak penting lagi di zaman modern, karena yang penting adalah siapa yang berpendidikan dan mempunyai banyak uang. Faktor kekayaan dan pendidikan adalah sangat menentukan, tetapi faktor genetika dan kahrismatika masih melekat pada keturunan Raja-raja Manado ini, walaupun identitas mereka sudah terhapus/hilang. Alangkah baiknya kalau orang-orang yang memiliki faktor genetika dan kharismatika kebangsawanan tersebut dapat diisi dengan nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai ilmu pengetahuan, maka pasti nilainya akan lebih baik. Keturunan Raja-raja Manado ini adalah keturunan Raja Mokodoludut yang turun melalui anaknya bernama Abo Pondadat/Abo Ramopolii. Keturunan Ramopolii ini adalah Keturunan Raja Ponamon, yang turun melalui keturunan Paputungan, Mamonto, Kolopita, simbala, Ginoga, Koinsing, Dakotegelan dan juga Keturunan Damopolii keturunan dari Paputungan. Paputungan, Mamonto dan Kolopita pernah menjadi dengan nama/gelar “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Keturunan Raja-raja Bolaang bergelar “Raja Kinalang” sedangkan Raja-raja Manado bergelar “Raja Mokoagow/Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Keturunan Raja-raja Manado baik di Minahasa, Sanger maupun di Bolaang Mongondow pada umumnya tidak lagi menggunakan identitas kebangsawanan, karena terikikis oleh waktu, tetapi secara defacto mereka pada umumnya tampil sebagai orang-orang yang baik-baik. Banyak yang menjadi pejabat-pejabat baik di pemerintahan swasta maupun pejabat Negara lainnya.
Penggantian
Nama Fam/Marga Mokoagow Dengan Nama Fam/Marga Manoppo.
Penggantian
Nama Fam/Marga Mokoagow dengan Nama Fam/Marga Manoppo oleh Keturunan Abo Busang
Limandatu Mokoagow. Hal ini terjadi di Bolaang Mongondow Utara di Desa Paku.
Pengantian nama fam/marga tersebut dari sisi keluarga keturunan Mokoagow di
Desa Paku tidak memberi arti yang berlebihan, karena dari sisi keturunan atau
silsilah bahwa Leluhur Keturunan Mokoagow
yang bernama Raja Markus Manopo Raja di Toraot/Raja di Minahasa dari
pihak keturunan perempuan adalah curu Raja Bolaang /Raja Kinalang bernama Abo
Jacobus Manoppo, sedangkan dari pihak keturunan laki-laki Raja Markus Manopo
adalah anak dari Raja Paputungan keturunan Raja Pondadat /Raja Ramopolii/Raja
Mokoagow yang bergelar “ Loloda Mokoagow-Datu Binangkang ” Raja Manado.
Raja-raja keturunan Raja Pondadat/Ramopolii sewaktu menjabat Raja Manado semua
menggunakan gelar “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang” keturunan Ramopolii ini
disebut Raja-raja Manado.
Dalam
sejarah Bolaang Mongondow/Hikayat Raja-raja Bolaang, raja-raja leluhur Raja
Markus Manopo ini dihapus dan dikaburkan, hal itu juga tidak terlalu penting,
karena Sejarah/Hikayat Bolaang Mongondow
yang ditulis oleh W.Dunnebier
hanya untuk kepentingan Kerajaan Bolaang, sehingga wajar juga kalau tidak
membahas Sejarah Raja-raja Manado.
Di
Minahasa, kekuasaan Loloda Mokoagow-Datu Binangkang tidak diakui, hal ini juga
benar, karena Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, tidak
memiliki kekuasaan di Minahasa. Yang berkuasa di Minahasa adalah Raja-raja Keturunan
Raja Pondadat/Ramopolii. Raja Pondadat/Ramopolii kawin dengan Putri Minahasa
bernama Rentek/Kwaang/Pin Tan Tse dan mempunyai keturunan Raja Ponamon/Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang yang menurunkan Raja-raja Mokoagow/Raja-raja
Ramopolii.
Di
Minahasa ada juga yang mengatakan bahwa leluhur mereka adalah masyarakat
merdeka dan tidak pernah dikuasai Raja-Bolaang Mongondow hal itu benar, karena
Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow tidak pernah menguasai Minahasa.
Raja-Raja Bolaang Mongondow yang pernah menguasai Minahasa adalah Raja-raja
Mokoagow/Raja-raja keturunan Raja Pondadat/Raja Ramopolii. Raja-raja Ramopolii
ini juga berdarah Minahasa. Mengenai kekuasaan Raja-raja Ramopolii di Minahasa
tidak dapat disangkal dan dihapus atau dikaburkan, karena rakyat sebuah Negara
tidak semuanya mengenal atau merasa dikuasai kepala negaranya, kelompok
masyarakat ini yang kita kenal pada zama sekarang sebagai “Masyarakat Terasing”
atau “Suku Terasing”. Masyarakat terasing ini bukan merdeka atau tidak dikuasai
raja, tetapi mereka takut bertemu dengan raja. Karena takut bertemu dengan raja
atau melarikan diri apabila melihat melihat rombongan raja, maka raja
mempertimbangkan agar mereka dibiarkan saja yang penting tidak mengganggu orang
lain dan mereka hidup aman, damai dan sejahtera.. Raja-raja Mokoagow/Raja-raja
Ramopolii memiliki darah keturunan Bolaang Mongondow dan Minahasa. Mungkin juga
di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Ramopolii ini
mempunyai sebutan lain seperti Mokoagouw, Koagow, Agow, Panungkelan dan
sebagainya. Untuk menghindari bermacam-macam pendapat tentang Sejarah Bolaang
Mongondow, khususnya Buku Sejarah/Hikayat Bolaang Mongondow Tulisan
W.Dunnebier, maka sebaiknya kita membaca serta memahami dan mendalami Buku
Sejarah/Hikayat Raja-raja tersebut secara radikal dan intergral atau mendalam
dan menyeluruh/pendalaman secara komprehensif.
Hasil penelusuran sejarah
tentang keturunan Raja-raja Mokoagow di Paku Bolaang Mongondow Utara, yaitu
tentang Penggantian Nama Fam/Marga Mokoagow dengan Nama Fam /Marga Manoppo di
Kerajaan Kaidipang/Bolang Itang yang berlaku pada Abo Busang Limandatu
Mokoagow, anak dari Abo Limandatu Panungkelan Mokoagow, Abo Limandatu anak dari
Abo Matong/Raja Panungkelan Mokoagow /raja bergelar Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang/Raja Manado yang terakhir. Abo Matong anak dari Raja Markus Manopo
/ Raja Bergelar Loloda Mokoagow - Datu Binangkang - Raja Manado.Keturunan
Abo Busang Limandatu Mokoagow di Bolang Itang/Kaidipang pada umumnya menggunakan nama fam/marga Manoppo.
Kalau melihat silsilah/garis keturunan keluarga Abo Busang Limandatu
Mokoagow, masih terdapat garis keturunan Manoppo dari pihak perempuan yaitu ibu
dari Raja Markus Manopo bernama Bua’Bulan Boki Manoppo yang kawin dengan Abo
Paputungan (Keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang). Dari
Abo Paputungan Raja Markus mewarisi darah keturunan Raja-raja Mokoagow
(Raja-raja Manado).
Waktu itu Abo Busang Limandatu Mokoagow, akan kawin dengan gadis dari Kaidipang/Bolaang Itang, setelah diketahui oleh Raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow diundang menghadap raja untuk dibunuh/diusir karena diketahui menggunakan nama fam/marga Mokoagow. Kehadiran Abo Busang L.Mokoagow sebagai keturunan raja-raja Mokoagow di Kerajaan Kaidipang akan mempengaruhi kehormatan/wibawa Kerajaan Kaidipang. Tetapi, setibanya Abo Busang di Istana, raja sedang makan dan raja langsung berkata “Mujur Kamu Datang Tepat pada Saat Saya Sedang Makan" Kemudian raja berkata, kamu boleh menikah dan boleh tinggal di Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, tetapi ada syarat, karena apabila kamu menggunanakan nama fam/marga Mokoagow berarti datang menguasai/menjajah/menginjak-injak kehormatan raja dan kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, sehingga kamu harus dibunuh/diusir. Berhubung kamu dari pihak perempuan masih ada darah keturunan Manoppo maka diminta kamu harus menganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga Manoppo yang mempunyai tingkatan yang sama dengan raja setempat. Untuk menghormati permintaan raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang L.Mokoagow mengganti nama fam/marganya dengan nama fam/marga Manoppo. Sebagai tanda mematuhi persyaratan dari Raja Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow menyerahkan simbol kebangsawanan Mokoagow miliknya berupa sebuah keris kepada Raja Kaipang/Bolaang Itang. Keturunan Abo Busang Limandatu Mokoagow di Kaidipang pada umumnya menggunakan nama fam/marga Manoppo. Berdasarkan hal tersebut diperoleh pentunjuk bahwa Raja-raja Mokoagow dan keturunannya berstrata bangsawan tertinggi dan dihormati sebagai keturunan Maharaja. Untuk menghormati kebaikan raja dan Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, maka Abo Busang mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga bangsawan yang setingkat dengan strata kebangsawanan Raja Bolang Itang/Kaidipang yaitu dengan nama fam/marga Manoppo. Walaupun Abo Busang telah mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama/fam Marga Manoppo, tetapi Abo Busang tetap mendapat perlakukan yang baik dan terhormat sebagai keturunan Mokoagow oleh Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang dan terjalinlah hubungan kekeluargaan yang baik dan hamonis serta saling hormat-menghormati antara keturunan Abo Busang L. Mokoagow dan Keluarga Kerajaan Bolang Itang/Kaidipang sampai sekarang.
Waktu itu Abo Busang Limandatu Mokoagow, akan kawin dengan gadis dari Kaidipang/Bolaang Itang, setelah diketahui oleh Raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow diundang menghadap raja untuk dibunuh/diusir karena diketahui menggunakan nama fam/marga Mokoagow. Kehadiran Abo Busang L.Mokoagow sebagai keturunan raja-raja Mokoagow di Kerajaan Kaidipang akan mempengaruhi kehormatan/wibawa Kerajaan Kaidipang. Tetapi, setibanya Abo Busang di Istana, raja sedang makan dan raja langsung berkata “Mujur Kamu Datang Tepat pada Saat Saya Sedang Makan" Kemudian raja berkata, kamu boleh menikah dan boleh tinggal di Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, tetapi ada syarat, karena apabila kamu menggunanakan nama fam/marga Mokoagow berarti datang menguasai/menjajah/menginjak-injak kehormatan raja dan kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, sehingga kamu harus dibunuh/diusir. Berhubung kamu dari pihak perempuan masih ada darah keturunan Manoppo maka diminta kamu harus menganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga Manoppo yang mempunyai tingkatan yang sama dengan raja setempat. Untuk menghormati permintaan raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang L.Mokoagow mengganti nama fam/marganya dengan nama fam/marga Manoppo. Sebagai tanda mematuhi persyaratan dari Raja Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow menyerahkan simbol kebangsawanan Mokoagow miliknya berupa sebuah keris kepada Raja Kaipang/Bolaang Itang. Keturunan Abo Busang Limandatu Mokoagow di Kaidipang pada umumnya menggunakan nama fam/marga Manoppo. Berdasarkan hal tersebut diperoleh pentunjuk bahwa Raja-raja Mokoagow dan keturunannya berstrata bangsawan tertinggi dan dihormati sebagai keturunan Maharaja. Untuk menghormati kebaikan raja dan Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, maka Abo Busang mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga bangsawan yang setingkat dengan strata kebangsawanan Raja Bolang Itang/Kaidipang yaitu dengan nama fam/marga Manoppo. Walaupun Abo Busang telah mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama/fam Marga Manoppo, tetapi Abo Busang tetap mendapat perlakukan yang baik dan terhormat sebagai keturunan Mokoagow oleh Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang dan terjalinlah hubungan kekeluargaan yang baik dan hamonis serta saling hormat-menghormati antara keturunan Abo Busang L. Mokoagow dan Keluarga Kerajaan Bolang Itang/Kaidipang sampai sekarang.
Berterima
kasih kepada Raja di Kaidipang/Bolang Itang yang telah memerintahkan kepada Abo
Busang Limandatu Mokoagow untuk melepas dan mengangti nama fam “Mokoagow”,
sehingga dapat memudahkan dan menunjang penelusuran sejarah tentang keturunan
Mokoagow, khusnyanya pengenalan terhadap Raja-raja Keturunan
Pondadat/Ramopolii/ Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Manado/Raja-raja Bergelar
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang termasuk mengetahui dan mendalami sejarah Raja-raja Manado. Dalam siilsilah
yang pernah ditulis oleh Abo Busang Limandatu Mokoagow bahwa : Ayah dari Abo
Busang adalah Abo Limandatu. Ayah dari Abo Limandatu adalah Raja Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang yang bernama
Abo Matong/Raja Panungkelan Mokoagow raja Manado terakhir. Ayah dari Abo Matong
juga adalah Loloda Mokoagow-Datu Binangkang bernama Abo Duwe’e Mokoagow/Raja
Markus Manopo yang dalam beberapa Buku Silisilah disebut sebagai Bulumondow.
Dari sini dapat jelas bahwa Nama Fam/Marga Mokoagow bukan berasal dari seorang
Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow /Nama yang sengaja diberikan oleh Abo
Tadohe kepada anaknya). Nama Abo Loloda Mokoagow ini diberikan guna mengenang
leluhur Abo Tadohe bernama Abo Binangkang Tumulung Mokoagow, yaitu Raja
Kinalang kepercayaan Raja-raja Manado. Dengan cara menelusuri dan mengetahui
perbedaan antara Raja-raja Bolaang dan Raja-raja Manado, maka dapat menemukan
Sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Melalui penelusuran dan pembedahan
sejarah Bolaang Mongondow, khususnya tulisan W.Dunnebier, maka kita dapat
mengetahui perbedaan antara Raja-raja Bolaang dan Raja-raja Manado, juga Antara
Abo Loloda Mokoagow Raja Kinalang dari Bolaang dan Raja-raja Bergelar Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang Raja-raja Manado.
Tentang
hubungan antara Keturunan Mokoagow dan Keturunan Damopolii adalah dari pihak
ayah sebagai keturunan Raja Paputungan /Raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang dari pihak ibu adalah keturunan Raja Kinalang Abo Jacobos Manopo
dengan ibu yang berbeda, yaitu Damopolii anak dari Bua Buako Manoppo dan Raja
Markus Manopo/leluhur keturunan Mokoagow adalah anak dari Bua Bulan Boki
Manoppo/saudara kandung seayah dengan Bua Buako Manopo. Nama Damopolii
sebenarnya diambil dari nama Rampolii yang juga sebagai sebutan kepada
Raja-raja Manado, walaupun banyak orang yang menghubung-hubungkan dengan nama
dari Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja Kinalang Abo Jacobus Manoppo.
Penghubung-hubungan dengan nama Abo Kinalang Damopolii juga tidak salah, karena
Damopolii maupun Mokoagow adalah keturunan Abo Kinalang Damopolii dari pihak
ibu. Walaupun dari pihak ayah adalah keturunan Raja-raja Ramopolii yang
bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/Raja-raja Manado, tidak salah juga
bila dihubung-hubungkan dengan Nama Abo Kinalang Damopolii leluhur dari Raja-raja
Kinalang.
Usaha-usaha
untuk menghilangkan, menghapus dan mengaburkan tentang kekuasaan Raja-raja
Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang
di Minahasa dan di Bolaang
Mongondow, telah dilakukan baik oleh pihak penjajah dan sistem penjajahan maupun
kelompok masyarakat tertenentu. Ada yang mengatakan bahwa lelehur kami merdeka
dan tidak diperintah oleh Raja manapun.
Perlu diketahui bahwa penguasa Sulawesin Utara waktu dulu itu adalah
Raja-raja Manado. Tentang kelompok-kelompok merdeka tidak ada, karena yang adalah rakyat kerajaan Manado. Kalau ada
kelompok masyarakat yang tidak berinteraksi dengan raja atau kerajaan bukan
berarti mereka adalah rakyat merdeka, tetapi mereka adalah “Masyarakat
Terasing”.
Tentang
nama Manado. Menurut orang sanger namanya “Manaro”, menurut orang Mongondow
disebut “ Monalow /Monarow”Monadow”.lihat ejaan hurup “L/R” dalam bahasa
Mongondow. Dalam bahasa Mongondow kata “Monalow” berarti
menundukkan/mengalahkan/menguasai. Monarow/monalow adalah sama dengan
“Mokoagow” yaitu berarti mengalakan, merampas, menguasai. Disini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Manado adalah nama kota tempat berkuasanya Raja-raja Bergelar
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Perlu juga disadari bahwa banyak kelompok
orang termasuk pihak penjajah dan sistem penjajahan yang berusaha dengan
berbagai argumentasi yang mengarah
kepada pengalihan/ pengaburan/ penghapusan/penghilangan dan rekayasa
sejarah Bolaang Mongondow guna menghilangkan
sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Tetapi sayang belum ada yang
berusaha untuk membaca, mendalami
Sejarah/hikayat raja-raja Bolaang
Mongondow yang ditulis oleh W.Dunnebier untuk mentehaui bahwa banyak
kekurangan-kekurangannya, tetapi W.Dunnebier sebagaim ilmuwan tidak menutup
simpul-simpul nuansa ilmu pengetahuan yang masih perlu dikaji dan dipahami
secara dalam dan menyeluruh. Banyak orang yang mengaku tahu tentang Sejarah
Bolaang Mongondow, tetapi mereka belum mampu membedakan tentang raja Bolaang bernama Abo Loloda
Mokoagow yang bergelar Kinalang dan
Raja-raja Manado yang bergelar Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang/raja-raja Mokoagow. Tidak dapat membedakan Abo
Kinalang Damopolii leluhur raja-raja Kinalang dan Raja Mokoagow Ramopolii
leluhur Raja-raja Mokoagow. Sejarah
Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnebier tidak membahas tentang sejarah raja-raja
dan kerjaaan Manado. Dalam tulisan W.Dunnebier disimpulkan bahwa Kerajaan
Manado adalah Kerajaan Bolaang dan Abo
Loloda Mokoagow Raja Bolaang dinyatakan sebagai Raja Manado. Abo Tadohe yang
hanya berstatus pemangku raja dan bergelar “Abo “ dari golongan kohongian
dianggap sebagai maharaja.
Keteladaanan
dan Genetika Keluarga Keturunan Mokoagow.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa
untuk mengetahui sejarah dan status kebangsawanan seseorang untuk saat sekarang
tidak diperlukan lagi, karena orang-orang telah belomba-lomba mengejar
kehidupan dengan mencari uang dan kekayaan. Hal ini juga tidak salah, karena
seseorang akan mendapatkan strata dan prestise dalam masyarakat memerlukan uang
dan kekayaan. Tetapi dari sisi lain status dan prestise juga dipengaruhi oleh
sifat-sifat keteladaanan dan sifat genetika yang diwariskan oleh leluhur, yang
mana dalam ilmu biologi adanya pengaruh “Hukum Mendel”. Bagi keturunan Mokoagow
yang mendapatkan titisan darah sebagai pewaris keteladanan dan genetika
leluhur, mereka juga mendapat strata dan prestise yang tinggi dalam masyarakat.
Yang paling tepat adalah mempunyai harta dan uang serta memiliki warisan
keteladanan dan genetika. Dalam keluarga keturunan mokoagow telah ada potensi
warisan keteladanan dan genetika. Oleh karena itu dalam organisasi keluarga
keturunan Mokoagow disebut “ Pemberdayaan Adat dan Perhimpunan Keluarga
Keturunan Mokoadow atau Pemberdayaan Adat Mokoagow ”. Dalam rangka
permberdayaan maka Organisasi Pemberdayaan Adat Mokoagow bermaksud
membardayaakan nilai-nilai adat, budaya, etika, moral dan tata krama sebagai
nilai-nilai kehidupan warisan keteladanan dan genetika dari leluhur keturunan
Mokoagow yaitu sifat keteladanan dan genetika warisan Raja-raja yang Bergelar
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Raja-raja Bergalar Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang adalah Raja-raja Keturunan Mokodoludut yang turunkan melalui Raja
Pondadat/Ramopolii yang turun kepada Raja Loloda Mokoagow-Datu Binanangkang
Ponamon. Raja-raja keturunan Raja
Ponamon antara lain Paputungan, Mamonto, Kolopita, Simbala, Ginoga, Koinsing
dan Dakotegelan. Keturunan Ponamon sewaktu menjadi raja, mereka disebut”Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang. Keturunan Paputungan turun kepada Keturunan Mokoagow
(Keturunan Raja Markus Manopo) dan keturunan Damopolii, keturunan Raja Loloda
Mokoagow-Datu Binangkang Mamonto turun kepada keturunan Raja Salomon Manoppo
(Raja Bolaang) dan Raja Christofel Manoppo (Raja Bolaang). Keturunan Raja
Bolaang (Salomon Manoppo) dan keturunan Raja Bolaang (Chistofel Manoppo) dari
pihak ibu, mereka adalah keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang.
Keteladanan dan Genetika Keluarga
Keturunan Mokoagow.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa
untuk mengetahui sejarah dan status kebangsawanan seseorang untuk saat sekarang
tidak diperlukan lagi, karena orang-orang telah belomba-lomba mengejar kehidupan
dengan mencari uang dan kekayaan. Hal ini juga tidak salah, karena seseorang
akan mendapatkan strata dan prestise dalam masyarakat memerlukan uang dan
kekayaan. Tetapi dari sisi lain status dan prestise juga dipengaruhi oleh
sifat-sifat keteladaanan dan sifat genetika, yaitu ” Bibit, Bobot dan Bebet”
yang diwariskan oleh leluhur, yang mana dalam ilmu biologi adanya pengaruh
“Hukum Mendel”. Bagi keturunan Mokoagow yang mendapatkan titisan darah sebagai
pewaris kekayaan keteladanan dan genetika leluhur, mereka juga mendapat strata
dan prestise yang tinggi dalam masyarakat. Yang paling tepat adalah mempunyai
harta dan uang serta memiliki warisan kekayaan keteladanan dan genetika. Dalam
keluarga keturunan mokoagow telah ada potensi titisan darah sebagai warisan keteladanan dan genetika.
Oleh karena itu dalam organisasi keluarga keturunan Mokoagow disebut “
Pemberdayaan Adat dan Perhimpunan Keluarga Keturunan Mokoadow atau Pemberdayaan
Adat Mokoagow ”. Dalam rangka permberdayaan maka Organisasi Pemberdayaan Adat
Mokoagow bermaksud membardayaakan nilai-nilai adat, budaya, etika, moral dan
tata krama sebagai nilai-nilai kehidupan warisan kekayaan keteladanan dan
genetika dari leluhur keturunan Mokoagow yaitu sifat keteladanan dan genetika
warisan Raja-raja yang Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Raja-raja
Bergalar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang adalah Raja-raja Keturunan Mokodoludut
yang turunkan melalui Raja Pondadat/Ramopolii yang turun kepada Raja Loloda
Mokoagow-Datu Binanangkang Ponamon.
Raja-raja keturunan Raja Ponamon antara lain Paputungan, Mamonto,
Kolopita, Simbala, Ginoga, Koinsing dan Dakotegelan. Keturunan Ponamon sewaktu
menjadi raja, mereka disebut”Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Keturunan
Paputungan turun kepada Keturunan Mokoagow (Keturunan Raja Markus Manopo) dan
keturunan Damopolii, keturunan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Mamonto
turun kepada keturunan Raja Salomon Manoppo (Raja Bolaang) dan Raja Christofel
Manoppo (Raja Bolaang). Keturunan Raja Bolaang (Salomon Manoppo) dan keturunan
Raja Bolaang (Chistofel Manoppo) dari pihak ibu adalah anak dari Uhapogondo
Mamonto dan Dampel Mamonto, Dari pihak ibu, Raja Salomon Manoppo adalah anak
dari Uhapgondo Mamonto dan dari pihak ayah adalah keturunan Raja Bolaang
(Jacobus Manoppo). Raja Christofel Manoppo dari pihak ibu adalah keturunan
Dampel Mamonto dan dari pihak ayah
adalah keturunan Raja Bolaang (Jacobus Manoppo). Uhapogondo Mamonto dan Dampel
Mamonto adalah keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang.
Dalam Organisasi Pemberdayaan Adat
Mokoagow dan Perhimpunan Keluarga Keturunan Mokoagow, keteladaan dan genetika
sebagai warisan keteladanan dan genetika Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow
Datu Binangkang untuk diberdayakan dengan cara membentuk individu keluarga
keturunan Mokoagow untuk menjadi Individu, Anggota Keluarga, Anggota Masyarakat serta
Warga Negara yang baik dengan membina hubungan komunikasi dan interaksi
keluarga melalui pendekatan:
Mogoginta’auan
, yaitu saling kenal dan saling beriteraksi antara sesama keluarga keturunan Mokoagow. Mogoginggumanan, yaitu
saling membina dan mengembangkan hubungan berkomunikasi untuk sasama keluarga keturunan Mokoagow. Mogogimbaya’an,
yaitu saling kunjung-mengunjungi dalam yang pembinaan dan pengembangan hubungan komunikasi dan silaturahmi.
Mo’o’aheran
saling menghargai dan menghormati antara sesame anggota keluarga dan mengenal
dan mengetahui keberadaan diri sendiri dan keberadaan orang lain serta
memelihara tata karma.Mobobahasa’an membina hubungan
komunikasi dan interaksi melalui cara berkomunikasi dengan tutur kata yang baik
dan memelihara sopan santun. Mododuduyan, pendapat/pandangan yang
baik dan benar sebagai panutan bersama.
Dalam hubungan dengan komunikasi
dan interaksi keluarga keturunan Mokoagow, bersifat internal, sehingga tidak
mengganggu atau mempengeruhi eksistensi marga/klen/kekarabatan/keturunan lain.
Keluarga Keturunan Mokoagow, tetap menghormati dan menghargai tulisan sejarah
Bolaang Mongondow yang antara lain ditulis oleh seorang misionaris bangsa
Belanda bernama W.Dunnebier. Keluarga Keturunan Mokoagow dalam membahas
keturunan Mokoagow perlu meluruskan sejarah, sehingga sejarah Bolaang Mongongow
yang hilang, kabur atau dihilangkan dalam Buku Sejarah tulisan W.Dunnebier
dapat ditelusuri kembali, sehingga kerancuan dan kejanggalan yang telah sengaja
ditulis oleh W.Dunnerbier dapat ditelusuri kembali dan tidak terputus-putus.
Perlu diketahui bahwa dalam buku
sejarah tulisan W.Dunnebier terdapat kejanggalan-kejanggalan seperti
pengahapusan sejarah Raja-raja Manado/Raja-raja leluhur Raja Markus
Manopo/Raja-raja yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. W.Dunnebier
dalam menulis sejarah Bolaang Mongondow, hanya mengangkat hikayat ten tang raja-raja
Bolaang atau leluhur dan keturunan Abo Tadohe. Dunnebier juga mengatakan bahwa
Abo Tadohe bukan raja, hanya seorang pemangku raja yang bergelar Abo dari
golongan kohongian. Oleh karena ini dalam pelurusan sejarah Bolaang Mongondow
dapat disimpulkan bahwa leluhur dan keutunan Abo Tadohe adalah golongan
bangsawan dari golongan kohongian. Meperhatikan gelar dari leluhurnya Abo
Kinalang Damopolii, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa leluhur dan ketutunan
Abo Tadohe, adalah raja-raja yang bergelar kinalang/raja-raja wilayah
perpanjangan tangan dari Raja-raja Manado yang bergelar “Loloda Mokoagow-Datu
Binangkang”. Dalam menulis sejarah/hikayat raja-raja Bolaang, W.unnebier tetap
pula mempertahankan naluri intelektualnya/tidak menutup simpul-simpul sejarah.
Dalam menulis sejarah Bolaang Mongondow/Hikayat Raja-raja Bolaang, W.Dunnebier
berdasarkan kumpulan cerita rakyat yang dicatat oleh raja Bolaang, kemudian
diminta untuk berkata-kata/melakukan rekayasa. W.Dunnebier telah
menggeneraslisasi dan mengaburkan sejarah leluhur Raja-raja Bolaang Abo
Kinalang Damopolii dengan Raja-raja Ramopolii leluhur Raja-raja Manado.
W.Dunnebier telah memberikan penjelasan yang sangat berlebihan dan
dilebih-lebihkan tentang Abo Tadohe, leluhur dan keturunannya.
Sejarah
Bolaang Mongondow yang membahas hikayat Raja-raja Bolaang (Ouman in Mogoguyang)
tidak salah, hanya perlu diperjelas bahwa sejarah tersebut hanya membahas
secara terbatas tentang Ouman/Hikayat Raja-raja Bolaang. Dalam pelurusan
sejarah Bolaang Mongondow,perlu dijelaskan bahwa Ouman/Hikayat Raja-raja
Bolaang tidak membahas tentang sejarah/keberadaan Raja-raja Manado keturuan
Raja Pondadat/Ramopolii yang dikenal sebagai Raja-raja Mokoagow. Dalam fakta
peninggalan kuburan bangsawan, terdapat tulisan “Presiden Raja Abo Luri
Mokoagow”, presiden raja adalah sebagai wakil raja-raja Manado atau Tonawat.
Waktu tokoh-tokoh adat Bolaang Mongondow mengukuhkan Bupati “OE.N.Mokoagow”
sebagai “Tonawat in Totabuan” istilah atau gelar Tonawat tidak ditemukan pada
tulisan W.Dunnebier. Istilah Tonawat/Tonaas hanya terdapat pada pada istilah
untuk jabatan dan pejabat kerajaan Manado.
Banyak
Keluarga Keturunan Mokoagow tidak dapat lagi ditelusuri dari sisi penggunaan
nama fam/marga, juga sulit ditelusuri dari sisi silsilah, karena berbagai alas
an, sehingga sifat-sifat keteladanan dan genetika warisan Raja-raja Bergelar
Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, hanya Nampak dari penampilan individual, baik
bentuk badan, tata cara bersikap, berprilaku serta pola beripikir seseorang
serta pengakuan masyarakat.
Penulisan
nama oleh tokoh keluarga keturunan Mokoagow bernama “Abo Loho” di Motoboi
Besar, beliau menulis namanya dengan ejaan “Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow”,
penulisan nama tersebut memberikan gambaran yang jelas bahwa Nama/fam/marga
Mokoagow bukan diambil dari nama Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow,
tetapi nama fam/marga Mokoagow berasal dari Gelar Raja-raja Manado antara lain
nama dari Raja Ponamon yang Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Walaupun
dari pihak keturunan perempuan, leluhur keturunan Mokoagow, yaitu Raja Markus
Manopo masih sebagai cucu dari Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow.
Keturunan
Abo Loloda Mokoagow Raja Bolaang ini, tidak ada yang menggunakan nama fam/marga
Mokoagow, kecuali Raja Markus Manopo yang mengambil nama fam/marga Mokoagow
dari leluhurnya pihak laki-laki, yaitu dari Raja Paputungan dan Raja Ponamon.
Semua
Raja-raja Manado keturunan Raja Pondadat/Ramopolii sewaktu menjabat raja
mengunakan nama/disebut sebagai “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang
Kotamobagu,
19 Maret 2016
Pelurusan cerita raja raja raja bual
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCuma satu komentar saja..
Hapushikmah ilmu genetika kalu baik dari doeloenya pasti baik juga sekarang ini. mahluk manusia diciptakan ALLAH SWT itu beda beda walaupun bahannya sama dari tanah
BalasHapusKETERKAITAN RAJA MAMONTO( 1444-1521 ) DAN RAJA PAPUTUNGAN( 1453 - 1598 ) SEBAGAI SALAH SATU MOKODOLUDUT YANG TERPAUT DENGAN KRONOLOGI WAKTU SEBAGAI PARA MOKODOLUDUT TAHUN 1400-1460) DARI BERBAGAI SUMBER LITERATUR
BalasHapus