Jumat, 18 Maret 2016

PELURUSAN SEJARAH BOLAANG MONGONDOW



Alasan dan Pertimbangan Pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow

Para penulisa sejarah Bolaang Mongondow, hanya menulis berdasarkan selerah penguasa pada waktu itu, sehingga terpengaruh oleh faktor subyektivitas dan kepentingan penguasa pada waktu  itu.  Para penulis sejarah sebenarnya bukan menulis sejarah, tetapi menghimpun cerita-cerita dari mulut kemulut yang yang kemudian dirangkai sesuai arahan dan kepentingan penguasa,. Hal ini sesuai pengakuan W.Dunnebier bahwa ia menulis sejarah dengan catatan perlu berkata-kata sesuai kepentingan pengusa yang telah menyuruh kepadanya. Dengan alas an demikian telah dibuat cerita yang berlebihan dan rekayasa sejarah Bolaang Mongondow antara lain melalui penghapusan. Penghilangan, generalisasi dan pengkaburan sejarah, seperti pengkaburan sejarah Raja-raja Mokoagow atau leluhur Raja Markus Manopo serta sanjungan yang berlebihan kepada Abo Tadohe dan leluhurnya. Sejarah Bolaang Mongondow yang kita kenal sekarang, yaiti Hikayat Raja-raja Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnbier, tidak mempu menggambatkan keberadaan masyarakat Bolaang Mongondow, karena meskipun berbeda dengan fakta, maka telah memiliki unsur rekayasa yang berlebihan, penghilangan, penghapusan, Pengkaburan dan generalisasi.
 
           Mengapa diperlukan pelurusan sejarah Bolaang Mongondow. Untuk dapat memahami dan mendalami sejarah Bolaang Mongongow dan sejarah Raja-raja Manado, perlu dilakukan pemahaman, pendalaman dan pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow. Untuk memahami dan mendalami Sejarah Bolaang Mongondow tidak dapat kita hanya mengacu kepada Sejarah Bolaang Mongondow tulisan misionaris Belanda bernama W.Dunnebier.Berdasarkan pengakuannya bahwa dalam menulis Sejarah Bolaang Mongondow, W.Dunnebier telah darahkan untuk merubah-rubah, menghapus dan merekayasa Sejarah Bolaang Mongondow. Usaha-usaha rekayasa tersebut terutama untuk menghapus sejarah laluhur Raja Markus Manoppo/ Raja-raja Manado/Raja-raja keturunan Ramopolii/Raja-raja Mokoagow Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang). Keperkasaan Raja-raja Manado antara lain keperkasaan Raja-raja Ramopolii yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang dialihkan sebagai sejarah tentang keperkasaan Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja-raja Bolaang dan Abo Loloda Mokoagow-Raja Bolaang. Begitu juga kepekasaan Raja-raja Markus Manoppo dialihkan sebagai keperkasaan Abo Tadohe. Aturan-aturan adat yang telah berkembang sejak Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Mokodoludut dialihkan seolah-olah sebagai aturan adat ciptaan Abo Tadohe. Abo Tadohe yang hanya sebagai seorang Abo dari golongan kohongian dialihkan sebagai seorang Maharaja. Dunnebier mengatakan bahwa Abo Tadohe adalah bukan raja hanya seorang birokrat yang bergelar “Kinalang”. Raja-raja yang bergelar kinalang adalah raja-raja yang hakikatnya adalah birokrat. Raja atau birokrat dapat diketahui pada pemberian jabatan “Regent” oleh Pemerintah Belanda. Regent adalah aparatur pemerintah kolonial. Dengan pengalihan  dan penghapusan sejarah Raja-raja Manado dapat menghilangkan hambatan bagi Pemerintah Kolonial dan sistem penjajahannya untuk menguasai bekas kerajaan Manado. Kaburnya sejarah Kerajaan Manado dan Raja-raja Manado adalah sebagai usaha dari pemerintah kolonial dan sistem penjajahannya dalam rangka menegakkan oligarchy dan kekuasaannya.  Pelurusan Sejarah Bolaang Mongondow bukan berate sebagai perubahan sejarah, tetapi meluruskan, yaitu mengembalikan sejarah kepada kebenaran yang hilang akibat, dihilangkan, dikaburkan, digeneralisasi, dirubah-rubah sehingga mengakibatkan hilangnya suatu sejarah. Pelurusan maksudnya mengembalikan sejarah kepada sejarah yang sebenarnya.
            Pada kebanyakan  orang Bolaang Mongondow pasti mengatakan bahwa mereka tahu tentang sejarah Bolaang Mongondow dan mereka mengatakan bahwa mereka telah membaca buku tulisan W.Dunnebier. Walaupun tulisan W.Dunnebier banyak kekurangan-kekurangannya, tetapi W.Dunnebier tidak menutup simpul-simpul sejarah yang perlu ditelusuri oleh para pembacanya. Untuk jelasnya maka diminta kemampuan pembaca untuk memahami dan mendalami tulisan W.Dunnebier tersebut. Untuk memahami dan mendalami sejarah Bolaang Mongondow, maka kita harus obyektif serta menggunakan sudut pandang dan metodologi yang sesuai dari mana kita melihatnya. Sejarah Bolaang Mongondow adalah sebuah hikayat dan dalam hikayat tersebut ada unsur dongeng, ada unsur fakta, ada unsur kepentingan rekayasa guna menunjang  olligarcy penguasa waktu itu. Sejarah Bolaang Monondow yang membahas tentang suatu sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan tersebut terdapat sejarah, terdapat politik, terdapat administrasi, terdapat tata Negara. Sejarah Bolaang Mongondow lebih bersifat kikayat yang mereka-reka, menghubung-hubungkan dan menggenerasisasi keadaan dan kejadian menjadi sebuah cerita serta lebih menekankan kepada unsur budaya dan kesenian. Para Misionaris, pada tokoh, para ilmuan dan pengamat dari bangsa Barat seperti bangsa Belanda, bangsa Spanyol dan bangsa Portugis, bukan datang untuk meneliti dan menulis Sejarah Bolaang Mongondow, tetapi hanya menulis laporan dari hasil kunjungan mereka atau membuat catatan-catatan dari hasil perjalanan mereka.  Mereka hanya mencatat terbatas pada yang mereka lihat dan dengar, Mereka tidak menulis secara jelas tentang wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Waktu menemui pimpinan masyarakat di wilayah, mereka tidak dapat membedakan hirarki raja, kepala suku dan raja bawahan. Setiap wilayah yang mereka kunjungi, para kepala suku yang ditemui mereka sebut raja. Berdasarkan catatan-catatan tersebut W.Dunnebier bingung untuk menentukan kapan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang itu berkuasa. Dalam penulisan sejarah Bolaang Mongondow  mereka tidak dapat memberikan batasan  tentang kerajaan Bolaang dan Kerajaan Manado. Dalam penulisan sejarah Bolaang Mongondow tidak diberi batasan sejak kapan Abo Loloda Mokoagow-Datu Binangkang raja Bolaang berkuasa. Karena mereka tidak memberi batasan tentang Kerajaan Bolaang dan Kerajaan Manado, sehingga Sejarah Bolaang Mongondow menjadi simpang siur. Di Minahasa Raja-raja Bergelar Loloda-Mokoagow-Datu Binangkang berkuasa sejak Raja Mokodoludut sampai dengan Raja Markus Manopo dan anaknya Raja Panungkelan Mokoagow/Abo Matong Mokoagow. Hal ini sebagai akibat dari dilakukannya generalisasi tentang keberadaan Raja Bolaang dan Raja-raja Manado yang memiliki nama yang sama, yaitu Abo Loloda Mokoagow seorang Raja Kinalang dari Bolaang dan Raja-raja Manado yang bergelar Raja-raja Mokoagow/Loloda Mokoagow-Datu Binangkang dianggap sebagai orang yang sama. Perlu kita ketahui bahwa Sejarah Bolaang Mongondow bukan Kitab Suci yang memuat dogma-dogma yang harus diterima dan dipercaya, tetapi Sejarah Bolaang Mongondow mengandung nilai-nilai ilmu pengetahuan yang perlu dipilah-pilah, ditelusuri dan dipahami secara mendalam dan menyeluruh serta perlu diketahui kebenarannya.
Hal-hal yang perlu diketahui dan dipahami dalam membaca Sejarah Bolaang Mongondow.
1.      Sejarah Bolaang Mongondow ditulis berdasarkan data yang berhubungan dengan oligarchy kekuasaan Raja-raja Bolaang, sehingga dalam penulisan sejarah telah diarahkan untuk memoles sejarah raja-raja dan kerajaan Bolaang. Untuk memoles sejarah kekuasaan raja-raja Bolaang, telah diberlakukan :
a.       Generalisasi tentang kerajaan Bolaang dengan Kerajaan Manado, Abo Loloda Mokoagow raja Bolaang yang bergelar Kinalang dengan Raja-raja Manado Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang.
b.      Adanya pengkultusan dan pemolesan berlebihan terhadap keberadaan Raja-raja Bolaang yang mana  Abo Tadohe sebagai raja. Sebenarnya Abo Tadohe hanya pemangku raja dan hanya seorang yang bergelar Abo dari Golongan Kohongian. Jabatan Pemangku Raja adalah sebuah jabatan yang tidak pernah diperoleh para leluhur Abo Tadohe.  Leluhur Abo Tadohe hanya raja-raja bergelar Abo dari Golongan Kohongian.
c.       Adanya penghapusan,  penghilangan dan pengaburan tentang sejarah Raja-raja Manado dan Kerajaan Manado, terutama menututup-nutupi sejarah tentang leluhur Raja Markus Manopo.
d.      Orang yang nama mirif dianggap orang yang sama, seperti Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja-raja Bolaang dan Abo Damopolii Paputungan keturunan Raja-raja Rampolii Raja Manado, leluhur keturunan Damopolii dan Keturunan Mokoagow.
e.       W. Dunnebier tidak mengetahui tentang kapan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang berkuasa, karena untuk kerajaan Bolaang munculnya nama Mokoagow hanya pada nama Abo Binangkang Tumulung Mokoagow –Raja Bolaang yang sangat setia kepada Raja Manado dan Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow cucu dari Abo Binangkang Tumulung Mokoagow. Untuk kerajaan Manado, nama Loloda Mokoagow-Datu Binangkang terpakai terus sejak Raja Mokodoludut sampai dengan Raja Markus Manopo dan Raja Panungkelan Mokoagow leluhur keturunan Mokoagow.

2.      Sejarah Raja-raja Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnebier sebenarnya hanya menulis Hikayat tentang Raja-raja Bolaang. Pesan sejarah dari W.Dunnebier hanya berasal dari penuturan dari mulut ke mulut yang lebih bernuansa antropologis, sehingga tidak mampu membedakan tentang sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Adapun referensi yang digunakan yang berasal dari catan-catan para missionaries yang hanya berbentuk catatan perjalanan yang tidak membahas secara menyeluruh system pemerintah yang berlaku pada saat itu. Para misionaris tidak melakukan identifikasi tentang struktur pemerintahan pada waktu itu, sehingga tidak dapat membedakan status raja-raja. Bangsawan yang memerintah di tingkat kecamatan disebut raja, bangsawan yang memerintah di tingkat kabupaten juga disebut raja, maha raja juga disebut raja. Atas kekurangan referensi-referensi tersebut, maka diperlukan pengkajian, pendalaman dan pemahaman secara menyeluruh tentang sejarah raja-raja Mokoagow.

3.   Karena, sejarah Bolaang Mongondow lebih bersumber dari penuturan/cerita dari mulut ke mulut kemudian dikutif , diramu dipoles dan direka-reka menjadi sejarah Bolaang Mongondow. Sejarah Bolaang Mongondow nampaknya dekat kepada dongeng, dekat kepada rekaan-rekaan, serta lebih bernuansa pada pemolesan yang berlebihan dan dilebih-lebihkan baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk kepentingan oligarchy dari golongan Raja-raja Kinalang atau Raja-raja Kohongian yang dipoles pemerintah kolonial menjadi “Regent”. Untuk kepentingan oligarchy, maka keturunan Raja-raja Manado, semuanya dihapus kebangsawanannya melalui rekayasa sejarah dan mereka digolongkan sebagai keturunan budak, kecuali Keturunan Abo Presiden Raja Luri Mokoagow – wakil raja Manado di wilayah Mongondow. Abo Presiden Raja Luri Mokoagow, karena pertimbangan menjadi mertua dari Raja Bolaang bernama D.C. Manoppo dan keturunan Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow yang pada zamanya sebagai orang kaya di Bolaang Mongondow. Nama Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow menunjukkan bahwa nama fam/marga Mokoagow berasal dari gelar kehormatan Raja Ponamon yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/gelar kepada raja-raja Manado.

4.      Setelah kekuasaan Raja-raja Manado berakhir, maka pemerintah belanda mengadopsi struktu pemerintahan kerajaan Manado dan diterapkan pada pemerintahannya, yaitu kedudukan raja Manado diambil-alih oleh Pemerintahan Belanda. Raja-raja Kohongian atau Raja-raja Kinalang di wilayah diberi status dan diangkat menjadi Regent/setingkat Bupati dan untuk wilayah yang diperintah oleh oleh pimpinan Bogani/Tonawat diberikan status republik yang dipimpinan oleh Presien Raja yang dulunya sebagai wakil raja selanjutnya menjadi wakil residen. Untuk menghilangkan pengaruh Presiden Rja, maka Presiden Raja kedudukannya diganti oleh Controleur/kontolur berkebangsaan Belanda.

5.      Dasar kepentingan penjajah dan sistem penjajahan, maka pengaruh raja-raja Manado dihilangkan dan keturunan Raja-raja Manado seperti Ramopolii, Ponamon, Paputungan, Simbala, Kolopita, Mamonto, Koinsing dan Dakotegelan dihilangkan kebangsawanannya. Penghilangan status kebangsawanan tersebut menyebabkan banyak keturunan Raja-raja Manado di Minahasa tidak lagi menggunakan nama-nama kebangsawanan mereka. Nama-nama kebangsawanan Raja-raja Manado masih ditemukan pada beberapa marga seperti Ramopolii, Ponamon, Mamonto/Mamonto, Mokoagouw di Minahasa. Di Bolaang Mongondow para keturunan Raja-raja Manado pada umunnya dianggap bukan keturunan bangsawan. Kecuali untuk keturunan Mokoagow dan Keturunan Damopolii, mereka langsung dikaitkan dengan nama leluhur Raja-raja Bolaang, yaitu Abo Kinalang Damopolii dan Abo Loloda Mokoagow.

6.      Dengan dihilangkannya status kebangsawanan keturunan Raja-raja Manado yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, maka yang tidak dapat hilang dari keturunan Raja-raja Manado /Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang adalah nilai-nilai tata krama, etika, moral, keteladan, genetika dan kharismatika keturunan bangsawan.

    Walaupun saat sekarang sudah banyak yang berpendapat bahwa , masalah asal-usul keturunan tidak penting lagi di zaman modern, karena yang penting adalah siapa yang berpendidikan dan mempunyai banyak uang. Faktor kekayaan dan pendidikan adalah sangat menentukan, tetapi faktor genetika dan kahrismatika masih melekat pada keturunan Raja-raja Manado ini, walaupun identitas mereka sudah terhapus/hilang. Alangkah baiknya kalau orang-orang yang memiliki faktor genetika dan kharismatika kebangsawanan tersebut dapat diisi dengan nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai ilmu pengetahuan, maka pasti nilainya akan lebih baik. Keturunan Raja-raja Manado ini adalah keturunan Raja Mokodoludut yang turun melalui anaknya bernama Abo Pondadat/Abo Ramopolii. Keturunan Ramopolii ini adalah Keturunan Raja Ponamon, yang turun melalui keturunan Paputungan, Mamonto, Kolopita, simbala, Ginoga, Koinsing, Dakotegelan dan juga Keturunan  Damopolii keturunan dari Paputungan. Paputungan, Mamonto dan Kolopita pernah menjadi dengan nama/gelar “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Keturunan Raja-raja Bolaang bergelar “Raja Kinalang” sedangkan Raja-raja Manado bergelar “Raja Mokoagow/Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”.  Keturunan Raja-raja Manado baik di Minahasa, Sanger maupun di Bolaang Mongondow pada umumnya tidak lagi menggunakan identitas kebangsawanan, karena terikikis oleh waktu, tetapi secara defacto mereka pada umumnya tampil sebagai orang-orang yang baik-baik. Banyak yang menjadi pejabat-pejabat baik di pemerintahan swasta maupun pejabat Negara lainnya.  
Penggantian Nama Fam/Marga Mokoagow Dengan Nama Fam/Marga Manoppo.
     Penggantian Nama Fam/Marga Mokoagow dengan Nama Fam/Marga Manoppo oleh Keturunan Abo Busang Limandatu Mokoagow. Hal ini terjadi di Bolaang Mongondow Utara di Desa Paku. Pengantian nama fam/marga tersebut dari sisi keluarga keturunan Mokoagow di Desa Paku tidak memberi arti yang berlebihan, karena dari sisi keturunan atau silsilah bahwa Leluhur Keturunan Mokoagow  yang bernama Raja Markus Manopo Raja di Toraot/Raja di Minahasa dari pihak keturunan perempuan adalah curu Raja Bolaang /Raja Kinalang bernama Abo Jacobus Manoppo, sedangkan dari pihak keturunan laki-laki Raja Markus Manopo adalah anak dari Raja Paputungan keturunan Raja Pondadat /Raja Ramopolii/Raja Mokoagow yang bergelar “ Loloda Mokoagow-Datu Binangkang ” Raja Manado. Raja-raja keturunan Raja Pondadat/Ramopolii sewaktu menjabat Raja Manado semua menggunakan gelar “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang” keturunan Ramopolii ini disebut Raja-raja Manado.
     Dalam sejarah Bolaang Mongondow/Hikayat Raja-raja Bolaang, raja-raja leluhur Raja Markus Manopo ini dihapus dan dikaburkan, hal itu juga tidak terlalu penting, karena Sejarah/Hikayat Bolaang Mongondow  yang ditulis oleh  W.Dunnebier hanya untuk kepentingan Kerajaan Bolaang, sehingga wajar juga kalau tidak membahas Sejarah Raja-raja Manado.
     Di Minahasa, kekuasaan Loloda Mokoagow-Datu Binangkang tidak diakui, hal ini juga benar, karena Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, tidak memiliki kekuasaan di Minahasa. Yang berkuasa di Minahasa adalah Raja-raja Keturunan Raja Pondadat/Ramopolii. Raja Pondadat/Ramopolii kawin dengan Putri Minahasa bernama Rentek/Kwaang/Pin Tan Tse dan mempunyai keturunan Raja Ponamon/Loloda Mokoagow-Datu Binangkang yang menurunkan Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Ramopolii.
     Di Minahasa ada juga yang mengatakan bahwa leluhur mereka adalah masyarakat merdeka dan tidak pernah dikuasai Raja-Bolaang Mongondow hal itu benar, karena Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow tidak pernah menguasai Minahasa. Raja-Raja Bolaang Mongondow yang pernah menguasai Minahasa adalah Raja-raja Mokoagow/Raja-raja keturunan Raja Pondadat/Raja Ramopolii. Raja-raja Ramopolii ini juga berdarah Minahasa. Mengenai kekuasaan Raja-raja Ramopolii di Minahasa tidak dapat disangkal dan dihapus atau dikaburkan, karena rakyat sebuah Negara tidak semuanya mengenal atau merasa dikuasai kepala negaranya, kelompok masyarakat ini yang kita kenal pada zama sekarang sebagai “Masyarakat Terasing” atau “Suku Terasing”. Masyarakat terasing ini bukan merdeka atau tidak dikuasai raja, tetapi mereka takut bertemu dengan raja. Karena takut bertemu dengan raja atau melarikan diri apabila melihat melihat rombongan raja, maka raja mempertimbangkan agar mereka dibiarkan saja yang penting tidak mengganggu orang lain dan mereka hidup aman, damai dan sejahtera.. Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Ramopolii memiliki darah keturunan Bolaang Mongondow dan Minahasa. Mungkin juga di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Ramopolii ini mempunyai sebutan lain seperti Mokoagouw, Koagow, Agow, Panungkelan dan sebagainya. Untuk menghindari bermacam-macam pendapat tentang Sejarah Bolaang Mongondow, khususnya Buku Sejarah/Hikayat Bolaang Mongondow Tulisan W.Dunnebier, maka sebaiknya kita membaca serta memahami dan mendalami Buku Sejarah/Hikayat Raja-raja tersebut secara radikal dan intergral atau mendalam dan menyeluruh/pendalaman secara komprehensif.

               Hasil penelusuran sejarah tentang keturunan Raja-raja Mokoagow di Paku Bolaang Mongondow Utara, yaitu tentang Penggantian Nama Fam/Marga Mokoagow dengan Nama Fam /Marga Manoppo di Kerajaan Kaidipang/Bolang Itang yang berlaku pada Abo Busang Limandatu Mokoagow, anak dari Abo Limandatu Panungkelan Mokoagow, Abo Limandatu anak dari Abo Matong/Raja Panungkelan Mokoagow /raja bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/Raja Manado yang terakhir. Abo Matong anak dari Raja Markus Manopo / Raja Bergelar Loloda Mokoagow - Datu Binangkang - Raja Manado.Keturunan Abo Busang Limandatu Mokoagow di Bolang Itang/Kaidipang pada umumnya menggunakan nama fam/marga Manoppo. Kalau melihat silsilah/garis keturunan keluarga Abo Busang Limandatu Mokoagow, masih terdapat garis keturunan Manoppo dari pihak perempuan yaitu ibu dari Raja Markus Manopo bernama Bua’Bulan Boki Manoppo yang kawin dengan Abo Paputungan (Keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang). Dari Abo Paputungan Raja Markus mewarisi darah keturunan Raja-raja Mokoagow (Raja-raja Manado).

            Waktu itu Abo Busang Limandatu Mokoagow, akan kawin dengan gadis dari Kaidipang/Bolaang Itang, setelah diketahui oleh Raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow diundang menghadap raja untuk dibunuh/diusir karena diketahui menggunakan nama fam/marga Mokoagow. Kehadiran Abo Busang L.Mokoagow sebagai keturunan raja-raja Mokoagow di Kerajaan Kaidipang akan mempengaruhi kehormatan/wibawa Kerajaan Kaidipang. Tetapi, setibanya Abo Busang di Istana, raja sedang makan dan raja langsung berkata “Mujur Kamu Datang Tepat pada Saat Saya Sedang Makan" Kemudian raja berkata, kamu boleh menikah dan boleh tinggal di Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, tetapi ada syarat, karena apabila kamu menggunanakan nama fam/marga Mokoagow berarti datang menguasai/menjajah/menginjak-injak kehormatan raja dan kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, sehingga kamu harus dibunuh/diusir.  Berhubung kamu dari pihak perempuan masih ada darah keturunan Manoppo maka diminta kamu harus menganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga Manoppo yang mempunyai tingkatan yang sama dengan raja setempat. Untuk menghormati permintaan raja Bolang Itang/Kaidipang, maka Abo Busang L.Mokoagow mengganti nama fam/marganya dengan nama fam/marga Manoppo. Sebagai tanda mematuhi persyaratan dari Raja Kaidipang, maka Abo Busang Limandatu Mokoagow menyerahkan simbol kebangsawanan Mokoagow miliknya berupa sebuah keris  kepada Raja Kaipang/Bolaang Itang. Keturunan Abo Busang Limandatu Mokoagow di Kaidipang pada umumnya menggunakan nama fam/marga Manoppo. Berdasarkan hal tersebut diperoleh pentunjuk bahwa Raja-raja Mokoagow dan keturunannya berstrata bangsawan tertinggi dan dihormati sebagai keturunan Maharaja. Untuk menghormati kebaikan raja dan Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang, maka Abo Busang mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama fam/marga bangsawan yang setingkat dengan strata kebangsawanan Raja Bolang Itang/Kaidipang yaitu dengan nama fam/marga Manoppo.  Walaupun Abo Busang telah mengganti nama fam/marga Mokoagow dengan nama/fam Marga Manoppo, tetapi Abo Busang tetap mendapat perlakukan yang baik dan terhormat sebagai keturunan Mokoagow oleh Kerajaan Kaidipang/Bolaang Itang dan terjalinlah hubungan kekeluargaan yang baik dan hamonis serta saling hormat-menghormati antara keturunan Abo Busang L. Mokoagow dan Keluarga Kerajaan Bolang Itang/Kaidipang sampai sekarang. 
         Berterima kasih kepada Raja di Kaidipang/Bolang Itang yang telah memerintahkan kepada Abo Busang Limandatu Mokoagow untuk melepas dan mengangti nama fam “Mokoagow”, sehingga dapat memudahkan dan menunjang penelusuran sejarah tentang keturunan Mokoagow, khusnyanya pengenalan terhadap Raja-raja Keturunan Pondadat/Ramopolii/ Raja-raja Mokoagow/Raja-raja Manado/Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang termasuk mengetahui dan mendalami  sejarah Raja-raja Manado. Dalam siilsilah yang pernah ditulis oleh Abo Busang Limandatu Mokoagow bahwa : Ayah dari Abo Busang adalah Abo Limandatu. Ayah dari Abo Limandatu adalah Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang  yang bernama Abo Matong/Raja Panungkelan Mokoagow raja Manado terakhir. Ayah dari Abo Matong juga adalah Loloda Mokoagow-Datu Binangkang bernama Abo Duwe’e Mokoagow/Raja Markus Manopo yang dalam beberapa Buku Silisilah disebut sebagai Bulumondow. Dari sini dapat jelas bahwa Nama Fam/Marga Mokoagow bukan berasal dari seorang Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow /Nama yang sengaja diberikan oleh Abo Tadohe kepada anaknya). Nama Abo Loloda Mokoagow ini diberikan guna mengenang leluhur Abo Tadohe bernama Abo Binangkang Tumulung Mokoagow, yaitu Raja Kinalang kepercayaan Raja-raja Manado. Dengan cara menelusuri dan mengetahui perbedaan antara Raja-raja Bolaang dan Raja-raja Manado, maka dapat menemukan Sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Melalui penelusuran dan pembedahan sejarah Bolaang Mongondow, khususnya tulisan W.Dunnebier, maka kita dapat mengetahui perbedaan antara Raja-raja Bolaang dan Raja-raja Manado, juga Antara Abo Loloda Mokoagow Raja Kinalang dari Bolaang dan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Raja-raja Manado. 
          Tentang hubungan antara Keturunan Mokoagow dan Keturunan Damopolii adalah dari pihak ayah sebagai keturunan Raja Paputungan /Raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang dari pihak ibu adalah keturunan Raja Kinalang Abo Jacobos Manopo dengan ibu yang berbeda, yaitu Damopolii anak dari Bua Buako Manoppo dan Raja Markus Manopo/leluhur keturunan Mokoagow adalah anak dari Bua Bulan Boki Manoppo/saudara kandung seayah dengan Bua Buako Manopo. Nama Damopolii sebenarnya diambil dari nama Rampolii yang juga sebagai sebutan kepada Raja-raja Manado, walaupun banyak orang yang menghubung-hubungkan dengan nama dari Abo Kinalang Damopolii leluhur Raja Kinalang Abo Jacobus Manoppo. Penghubung-hubungan dengan nama Abo Kinalang Damopolii juga tidak salah, karena Damopolii maupun Mokoagow adalah keturunan Abo Kinalang Damopolii dari pihak ibu. Walaupun dari pihak ayah adalah keturunan Raja-raja Ramopolii yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/Raja-raja Manado, tidak salah juga bila dihubung-hubungkan dengan Nama Abo Kinalang Damopolii leluhur dari Raja-raja Kinalang.

        Usaha-usaha untuk menghilangkan, menghapus dan mengaburkan tentang kekuasaan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang   di Minahasa     dan di Bolaang Mongondow, telah dilakukan baik oleh pihak penjajah dan sistem penjajahan maupun kelompok masyarakat tertenentu. Ada yang mengatakan bahwa lelehur kami merdeka dan tidak diperintah oleh Raja manapun.  Perlu diketahui bahwa penguasa Sulawesin Utara waktu dulu itu adalah Raja-raja Manado. Tentang kelompok-kelompok merdeka tidak ada, karena yang  adalah rakyat kerajaan Manado. Kalau ada kelompok masyarakat yang tidak berinteraksi dengan raja atau kerajaan bukan berarti mereka adalah rakyat merdeka, tetapi mereka adalah “Masyarakat Terasing”. 
         Tentang nama Manado. Menurut orang sanger namanya “Manaro”, menurut orang Mongondow disebut “ Monalow /Monarow”Monadow”.lihat ejaan hurup “L/R” dalam bahasa Mongondow. Dalam bahasa Mongondow kata “Monalow” berarti menundukkan/mengalahkan/menguasai. Monarow/monalow adalah sama dengan “Mokoagow” yaitu berarti mengalakan, merampas, menguasai. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa Manado adalah nama kota tempat berkuasanya Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Perlu juga disadari bahwa banyak kelompok orang termasuk pihak penjajah dan sistem penjajahan yang berusaha dengan berbagai argumentasi yang mengarah  kepada pengalihan/ pengaburan/ penghapusan/penghilangan dan rekayasa sejarah Bolaang Mongondow  guna menghilangkan sejarah Bolaang Mongondow yang sebenarnya. Tetapi sayang belum ada yang berusaha untuk membaca, mendalami  Sejarah/hikayat raja-raja  Bolaang Mongondow yang ditulis oleh W.Dunnebier untuk mentehaui bahwa banyak kekurangan-kekurangannya, tetapi W.Dunnebier sebagaim ilmuwan tidak menutup simpul-simpul nuansa ilmu pengetahuan yang masih perlu dikaji dan dipahami secara dalam dan menyeluruh. Banyak orang yang mengaku tahu tentang Sejarah Bolaang Mongondow, tetapi mereka belum mampu membedakan  tentang raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow yang bergelar Kinalang  dan Raja-raja Manado yang bergelar  Loloda Mokoagow-Datu Binangkang/raja-raja Mokoagow. Tidak dapat membedakan Abo Kinalang Damopolii leluhur raja-raja Kinalang dan Raja Mokoagow Ramopolii leluhur Raja-raja Mokoagow.   Sejarah Bolaang Mongondow tulisan W.Dunnebier tidak membahas tentang sejarah raja-raja dan kerjaaan Manado. Dalam tulisan W.Dunnebier disimpulkan bahwa Kerajaan Manado adalah Kerajaan Bolaang  dan Abo Loloda Mokoagow Raja Bolaang dinyatakan sebagai Raja Manado. Abo Tadohe yang hanya berstatus pemangku raja dan bergelar “Abo “ dari golongan kohongian dianggap sebagai maharaja.

             
Keteladaanan dan Genetika Keluarga Keturunan Mokoagow.
           Pada umumnya orang beranggapan bahwa untuk mengetahui sejarah dan status kebangsawanan seseorang untuk saat sekarang tidak diperlukan lagi, karena orang-orang telah belomba-lomba mengejar kehidupan dengan mencari uang dan kekayaan. Hal ini juga tidak salah, karena seseorang akan mendapatkan strata dan prestise dalam masyarakat memerlukan uang dan kekayaan. Tetapi dari sisi lain status dan prestise juga dipengaruhi oleh sifat-sifat keteladaanan dan sifat genetika yang diwariskan oleh leluhur, yang mana dalam ilmu biologi adanya pengaruh “Hukum Mendel”. Bagi keturunan Mokoagow yang mendapatkan titisan darah sebagai pewaris keteladanan dan genetika leluhur, mereka juga mendapat strata dan prestise yang tinggi dalam masyarakat. Yang paling tepat adalah mempunyai harta dan uang serta memiliki warisan keteladanan dan genetika. Dalam keluarga keturunan mokoagow telah ada potensi warisan keteladanan dan genetika. Oleh karena itu dalam organisasi keluarga keturunan Mokoagow disebut “ Pemberdayaan Adat dan Perhimpunan Keluarga Keturunan Mokoadow atau Pemberdayaan Adat Mokoagow ”. Dalam rangka permberdayaan maka Organisasi Pemberdayaan Adat Mokoagow bermaksud membardayaakan nilai-nilai adat, budaya, etika, moral dan tata krama sebagai nilai-nilai kehidupan warisan keteladanan dan genetika dari leluhur keturunan Mokoagow yaitu sifat keteladanan dan genetika warisan Raja-raja yang Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Raja-raja Bergalar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang adalah Raja-raja Keturunan Mokodoludut yang turunkan melalui Raja Pondadat/Ramopolii yang turun kepada Raja Loloda Mokoagow-Datu Binanangkang Ponamon.  Raja-raja keturunan Raja Ponamon antara lain Paputungan, Mamonto, Kolopita, Simbala, Ginoga, Koinsing dan Dakotegelan. Keturunan Ponamon sewaktu menjadi raja, mereka disebut”Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Keturunan Paputungan turun kepada Keturunan Mokoagow (Keturunan Raja Markus Manopo) dan keturunan Damopolii, keturunan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Mamonto turun kepada keturunan Raja Salomon Manoppo (Raja Bolaang) dan Raja Christofel Manoppo (Raja Bolaang). Keturunan Raja Bolaang (Salomon Manoppo) dan keturunan Raja Bolaang (Chistofel Manoppo) dari pihak ibu, mereka adalah keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang.
Keteladanan dan Genetika Keluarga Keturunan Mokoagow.
           Pada umumnya orang beranggapan bahwa untuk mengetahui sejarah dan status kebangsawanan seseorang untuk saat sekarang tidak diperlukan lagi, karena orang-orang telah belomba-lomba mengejar kehidupan dengan mencari uang dan kekayaan. Hal ini juga tidak salah, karena seseorang akan mendapatkan strata dan prestise dalam masyarakat memerlukan uang dan kekayaan. Tetapi dari sisi lain status dan prestise juga dipengaruhi oleh sifat-sifat keteladaanan dan sifat genetika, yaitu ” Bibit, Bobot dan Bebet” yang diwariskan oleh leluhur, yang mana dalam ilmu biologi adanya pengaruh “Hukum Mendel”. Bagi keturunan Mokoagow yang mendapatkan titisan darah sebagai pewaris kekayaan keteladanan dan genetika leluhur, mereka juga mendapat strata dan prestise yang tinggi dalam masyarakat. Yang paling tepat adalah mempunyai harta dan uang serta memiliki warisan kekayaan keteladanan dan genetika. Dalam keluarga keturunan mokoagow telah ada potensi titisan darah  sebagai warisan keteladanan dan genetika. Oleh karena itu dalam organisasi keluarga keturunan Mokoagow disebut “ Pemberdayaan Adat dan Perhimpunan Keluarga Keturunan Mokoadow atau Pemberdayaan Adat Mokoagow ”. Dalam rangka permberdayaan maka Organisasi Pemberdayaan Adat Mokoagow bermaksud membardayaakan nilai-nilai adat, budaya, etika, moral dan tata krama sebagai nilai-nilai kehidupan warisan kekayaan keteladanan dan genetika dari leluhur keturunan Mokoagow yaitu sifat keteladanan dan genetika warisan Raja-raja yang Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Raja-raja Bergalar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang adalah Raja-raja Keturunan Mokodoludut yang turunkan melalui Raja Pondadat/Ramopolii yang turun kepada Raja Loloda Mokoagow-Datu Binanangkang Ponamon.  Raja-raja keturunan Raja Ponamon antara lain Paputungan, Mamonto, Kolopita, Simbala, Ginoga, Koinsing dan Dakotegelan. Keturunan Ponamon sewaktu menjadi raja, mereka disebut”Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Keturunan Paputungan turun kepada Keturunan Mokoagow (Keturunan Raja Markus Manopo) dan keturunan Damopolii, keturunan Raja Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Mamonto turun kepada keturunan Raja Salomon Manoppo (Raja Bolaang) dan Raja Christofel Manoppo (Raja Bolaang). Keturunan Raja Bolaang (Salomon Manoppo) dan keturunan Raja Bolaang (Chistofel Manoppo) dari pihak ibu adalah anak dari Uhapogondo Mamonto dan Dampel Mamonto, Dari pihak ibu, Raja Salomon Manoppo adalah anak dari Uhapgondo Mamonto dan dari pihak ayah adalah keturunan Raja Bolaang (Jacobus Manoppo). Raja Christofel Manoppo dari pihak ibu adalah keturunan Dampel Mamonto  dan dari pihak ayah adalah keturunan Raja Bolaang (Jacobus Manoppo). Uhapogondo Mamonto dan Dampel Mamonto adalah keturunan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang.
          Dalam Organisasi Pemberdayaan Adat Mokoagow dan Perhimpunan Keluarga Keturunan Mokoagow, keteladaan dan genetika sebagai warisan keteladanan dan genetika Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow Datu Binangkang untuk diberdayakan dengan cara membentuk individu keluarga keturunan Mokoagow untuk menjadi Individu, Anggota Keluarga, Anggota Masyarakat serta Warga Negara yang baik dengan membina hubungan komunikasi dan interaksi keluarga melalui pendekatan:  
Mogoginta’auan , yaitu saling kenal dan saling beriteraksi antara sesama keluarga    keturunan Mokoagow. Mogoginggumanan, yaitu saling membina dan mengembangkan hubungan berkomunikasi  untuk sasama keluarga keturunan Mokoagow. Mogogimbaya’an, yaitu saling kunjung-mengunjungi dalam yang pembinaan dan  pengembangan hubungan komunikasi dan silaturahmi. Mo’o’aheran saling menghargai dan menghormati antara sesame anggota keluarga dan mengenal dan mengetahui keberadaan diri sendiri dan keberadaan orang lain serta memelihara tata karma.Mobobahasa’an membina hubungan komunikasi dan interaksi melalui cara berkomunikasi dengan tutur kata yang baik dan memelihara sopan santun. Mododuduyan, pendapat/pandangan yang baik dan benar sebagai panutan bersama.
               Dalam hubungan dengan komunikasi dan interaksi keluarga keturunan Mokoagow, bersifat internal, sehingga tidak mengganggu atau mempengeruhi eksistensi marga/klen/kekarabatan/keturunan lain. Keluarga Keturunan Mokoagow, tetap menghormati dan menghargai tulisan sejarah Bolaang Mongondow yang antara lain ditulis oleh seorang misionaris bangsa Belanda bernama W.Dunnebier. Keluarga Keturunan Mokoagow dalam membahas keturunan Mokoagow perlu meluruskan sejarah, sehingga sejarah Bolaang Mongongow yang hilang, kabur atau dihilangkan dalam Buku Sejarah tulisan W.Dunnebier dapat ditelusuri kembali, sehingga kerancuan dan kejanggalan yang telah sengaja ditulis oleh W.Dunnerbier dapat ditelusuri kembali dan tidak terputus-putus.
             Perlu diketahui bahwa dalam buku sejarah tulisan W.Dunnebier terdapat kejanggalan-kejanggalan seperti pengahapusan sejarah Raja-raja Manado/Raja-raja leluhur Raja Markus Manopo/Raja-raja yang bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. W.Dunnebier dalam menulis sejarah Bolaang Mongondow, hanya mengangkat hikayat ten tang raja-raja Bolaang atau leluhur dan keturunan Abo Tadohe. Dunnebier juga mengatakan bahwa Abo Tadohe bukan raja, hanya seorang pemangku raja yang bergelar Abo dari golongan kohongian. Oleh karena ini dalam pelurusan sejarah Bolaang Mongondow dapat disimpulkan bahwa leluhur dan keutunan Abo Tadohe adalah golongan bangsawan dari golongan kohongian. Meperhatikan gelar dari leluhurnya Abo Kinalang Damopolii, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa leluhur dan ketutunan Abo Tadohe, adalah raja-raja yang bergelar kinalang/raja-raja wilayah perpanjangan tangan dari Raja-raja Manado yang bergelar “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang”. Dalam menulis sejarah/hikayat raja-raja Bolaang, W.unnebier tetap pula mempertahankan naluri intelektualnya/tidak menutup simpul-simpul sejarah. Dalam menulis sejarah Bolaang Mongondow/Hikayat Raja-raja Bolaang, W.Dunnebier berdasarkan kumpulan cerita rakyat yang dicatat oleh raja Bolaang, kemudian diminta untuk berkata-kata/melakukan rekayasa. W.Dunnebier telah menggeneraslisasi dan mengaburkan sejarah leluhur Raja-raja Bolaang Abo Kinalang Damopolii dengan Raja-raja Ramopolii leluhur Raja-raja Manado. W.Dunnebier telah memberikan penjelasan yang sangat berlebihan dan dilebih-lebihkan tentang Abo Tadohe, leluhur dan keturunannya.
      Sejarah Bolaang Mongondow yang membahas hikayat Raja-raja Bolaang (Ouman in Mogoguyang) tidak salah, hanya perlu diperjelas bahwa sejarah tersebut hanya membahas secara terbatas tentang Ouman/Hikayat Raja-raja Bolaang. Dalam pelurusan sejarah Bolaang Mongondow,perlu dijelaskan bahwa Ouman/Hikayat Raja-raja Bolaang tidak membahas tentang sejarah/keberadaan Raja-raja Manado keturuan Raja Pondadat/Ramopolii yang dikenal sebagai Raja-raja Mokoagow. Dalam fakta peninggalan kuburan bangsawan, terdapat tulisan “Presiden Raja Abo Luri Mokoagow”, presiden raja adalah sebagai wakil raja-raja Manado atau Tonawat. Waktu tokoh-tokoh adat Bolaang Mongondow mengukuhkan Bupati “OE.N.Mokoagow” sebagai “Tonawat in Totabuan” istilah atau gelar Tonawat tidak ditemukan pada tulisan W.Dunnebier. Istilah Tonawat/Tonaas hanya terdapat pada pada istilah untuk jabatan dan pejabat kerajaan Manado.
     Banyak Keluarga Keturunan Mokoagow tidak dapat lagi ditelusuri dari sisi penggunaan nama fam/marga, juga sulit ditelusuri dari sisi silsilah, karena berbagai alas an, sehingga sifat-sifat keteladanan dan genetika warisan Raja-raja Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang, hanya Nampak dari penampilan individual, baik bentuk badan, tata cara bersikap, berprilaku serta pola beripikir seseorang serta pengakuan masyarakat.                        
     Penulisan nama oleh tokoh keluarga keturunan Mokoagow bernama “Abo Loho” di Motoboi Besar, beliau menulis namanya dengan ejaan “Abo Loho Ponamon Loloda Mokoagow”, penulisan nama tersebut memberikan gambaran yang jelas bahwa Nama/fam/marga Mokoagow bukan diambil dari nama Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow, tetapi nama fam/marga Mokoagow berasal dari Gelar Raja-raja Manado antara lain nama dari Raja Ponamon yang Bergelar Loloda Mokoagow-Datu Binangkang. Walaupun dari pihak keturunan perempuan, leluhur keturunan Mokoagow, yaitu Raja Markus Manopo masih sebagai cucu dari Raja Bolaang bernama Abo Loloda Mokoagow.
     Keturunan Abo Loloda Mokoagow Raja Bolaang ini, tidak ada yang menggunakan nama fam/marga Mokoagow, kecuali Raja Markus Manopo yang mengambil nama fam/marga Mokoagow dari leluhurnya pihak laki-laki, yaitu dari Raja Paputungan dan Raja Ponamon.
    Semua Raja-raja Manado keturunan Raja Pondadat/Ramopolii sewaktu menjabat raja mengunakan nama/disebut sebagai “Loloda Mokoagow-Datu Binangkang


                                                                                                             Kotamobagu, 19 Maret 2016

5 komentar:

  1. Pelurusan cerita raja raja raja bual

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. hikmah ilmu genetika kalu baik dari doeloenya pasti baik juga sekarang ini. mahluk manusia diciptakan ALLAH SWT itu beda beda walaupun bahannya sama dari tanah

    BalasHapus
  4. KETERKAITAN RAJA MAMONTO( 1444-1521 ) DAN RAJA PAPUTUNGAN( 1453 - 1598 ) SEBAGAI SALAH SATU MOKODOLUDUT YANG TERPAUT DENGAN KRONOLOGI WAKTU SEBAGAI PARA MOKODOLUDUT TAHUN 1400-1460) DARI BERBAGAI SUMBER LITERATUR

    BalasHapus